Nur Widodo
penuh cinta , bersama Adinata Bintang AF dan Suparmi di Perum. Swan Menganti Park Residen
Ajine sariro ono ing busono, Yen ono pemimpinbowo, gek busonone kaosan, dan levisan...kiro2 pantas ora cak?
Nur Widodo
Pepatah ajining diri soko lathi terjemahannya adalah harga diri seseorang ditentukan oleh tutur katanya (Lathi=lidah). Kebanyakan orang menilai orang lain lewat perkataan yang dikeluarkan dari mulutnya. Anggapan bahwalidah lebih tajam daripada pedang bisa dibilang benar. Karena lidah dapat menyakiti seseorang lebih kejam daripada pedang. Kembali ke topik tutur kata, jika kita sering berkata kasar maka orang lain akan mengenal kita sebagai pribadi yang kasar. Jika tutur kata kita halus, baik, dan sopan maka orang lain akan menilai kita sebagai pribadi yang santun dan ramah. Pepatah ajining diri soko lathi mengajarkan kita untuk selalu menjaga setiap tutur kata kita. Jadi betapa besar dan pentingnya pengaruh ucapan kita terhadap kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Dan pepatah ajining rogo soko busono memiliki arti penampilan seseorang ditentukan dari cara berpakaiannya. Penampilan dapat menunjukan karakter kita di mata orang lain. Jika kita melihat ada orang yang berpenampilan rapi maka kita beranggapan bahwa orang itu mencintai kebersihan dan kerapian, dan sebaliknya saat kita melihat ada orang yang berpakaian kusut dan berpenampilan kotor kita akan menilainya sebagai karakter yang kotor, malas, dan jorok. Pakaian juga dapat menunjukkan status sosial kita di masyarakat, dan bahkan secara tidak sadar pakaian di masyarakat dapat menimbulkan persepsi seseorang terhadap kita. Contoh : seseorang berpakaian compang-camping = pengemis, seseorang berpakaian kemeja rapi, berdasi, dan berjas = orang kerja. Pepatah ini mengajarkan kita bahwa kita harus memperhatikan cara berpakaian kita di masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa pepatah ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono memberi pelajaran bagi kita untuk dapat menilai diri sendiri dn orang lain dengan memperhatikan setiap detail yang ada. Dan agar kita dapat diterima di masyarakat sebagai pribadi yang baik itu memang tidak mudah. Karena sering kali sesuatu yang kita anggap benar bisa saja salah di mata orang lain, dan yang orang lain anggap benar bisa saja kita beranggapan itu salah. Namun semua itu tergantung dari pribadi masing-masing.
Nur Widodo
Tnx jempolnya
Mario Mariyuhana
Dan memang pepatah jowo iku benar2 terbukti di kehidupan kita sehari hari..dan kalau kita tidak bsa bertutur kata yg baik&sopan di anjurkan untuk Diam..Sepurane nek ono salah e.Suwon.
Afandi Kusuma
Mario Mariyuhana, itu ada di catatan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
Afandi Kusuma
Nur Widodo, yang senada dengan itu, ada dalam Shahih Bukhari, hadits no.10, Muslim hadits no. 65 dan Muslim, no. 64.
Afandi Kusuma
Al Quran pendekatannya, bahwa setiap ucapan kita dicatat oleh malaikat (selalu ada yang mengawasi) (QS. Qaf :18)
Afandi Kusuma
Nur Widodo, tulisannya bagus, boleh ya, dicopy ke blog
Nur Widodo
Afandi Kusuma
Okey
penuh cinta , bersama Adinata Bintang AF dan Suparmi di Perum. Swan Menganti Park Residen
Ajine sariro ono ing busono, Yen ono pemimpinbowo, gek busonone kaosan, dan levisan...kiro2 pantas ora cak?
Nur Widodo
Pepatah ajining diri soko lathi terjemahannya adalah harga diri seseorang ditentukan oleh tutur katanya (Lathi=lidah). Kebanyakan orang menilai orang lain lewat perkataan yang dikeluarkan dari mulutnya. Anggapan bahwalidah lebih tajam daripada pedang bisa dibilang benar. Karena lidah dapat menyakiti seseorang lebih kejam daripada pedang. Kembali ke topik tutur kata, jika kita sering berkata kasar maka orang lain akan mengenal kita sebagai pribadi yang kasar. Jika tutur kata kita halus, baik, dan sopan maka orang lain akan menilai kita sebagai pribadi yang santun dan ramah. Pepatah ajining diri soko lathi mengajarkan kita untuk selalu menjaga setiap tutur kata kita. Jadi betapa besar dan pentingnya pengaruh ucapan kita terhadap kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Dan pepatah ajining rogo soko busono memiliki arti penampilan seseorang ditentukan dari cara berpakaiannya. Penampilan dapat menunjukan karakter kita di mata orang lain. Jika kita melihat ada orang yang berpenampilan rapi maka kita beranggapan bahwa orang itu mencintai kebersihan dan kerapian, dan sebaliknya saat kita melihat ada orang yang berpakaian kusut dan berpenampilan kotor kita akan menilainya sebagai karakter yang kotor, malas, dan jorok. Pakaian juga dapat menunjukkan status sosial kita di masyarakat, dan bahkan secara tidak sadar pakaian di masyarakat dapat menimbulkan persepsi seseorang terhadap kita. Contoh : seseorang berpakaian compang-camping = pengemis, seseorang berpakaian kemeja rapi, berdasi, dan berjas = orang kerja. Pepatah ini mengajarkan kita bahwa kita harus memperhatikan cara berpakaian kita di masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa pepatah ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono memberi pelajaran bagi kita untuk dapat menilai diri sendiri dn orang lain dengan memperhatikan setiap detail yang ada. Dan agar kita dapat diterima di masyarakat sebagai pribadi yang baik itu memang tidak mudah. Karena sering kali sesuatu yang kita anggap benar bisa saja salah di mata orang lain, dan yang orang lain anggap benar bisa saja kita beranggapan itu salah. Namun semua itu tergantung dari pribadi masing-masing.
Nur Widodo
Tnx jempolnya
Mario Mariyuhana
Dan memang pepatah jowo iku benar2 terbukti di kehidupan kita sehari hari..dan kalau kita tidak bsa bertutur kata yg baik&sopan di anjurkan untuk Diam..Sepurane nek ono salah e.Suwon.
Afandi Kusuma
Mario Mariyuhana, itu ada di catatan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
Afandi Kusuma
Nur Widodo, yang senada dengan itu, ada dalam Shahih Bukhari, hadits no.10, Muslim hadits no. 65 dan Muslim, no. 64.
Afandi Kusuma
Al Quran pendekatannya, bahwa setiap ucapan kita dicatat oleh malaikat (selalu ada yang mengawasi) (QS. Qaf :18)
Afandi Kusuma
Nur Widodo, tulisannya bagus, boleh ya, dicopy ke blog
Nur Widodo
Afandi Kusuma
Okey
Posting Komentar